01 Feb 2024

Tingkatkan Pemahaman Tata Kelola Pemeringkatan Perguruan Tinggi Internasional, LPM UIN Malang Belajar dari Pengalaman Universitas Andalas

Padang-Sekitar pukul 09.00 WIB (01/02), rombongan tim LPM UIN Malang sampai di Universitas Andalas. Bus berhenti di pelataran Gedung Rektorat. Seorang petugas keamanan perempuan menghampiri dan menanyakan dengan ramah tujuan kedatangan rombongan. Setelah dijelaskan, petugas tersebut mengantarkan rombongan ke Ruang LPM yang letaknya di Gedung Rektorat sambil sesekali menjelaskan tempat yang dilalui.

Cuaca yang sedikit mendung pagi itu tidak menyurutkan semangat dan antusiasme Tim LPM UIN Malang untuk belajar strategi dan tata kelola pemeringkatan dunia versi QS WUR di kampus besar Sumatera Barat tersebut. Sepanjang menuju Kantor LPM Universitas Andalas, rombongan Tim LPM UIN Malang tampak mengagumi arsitektur bangunan yang khas dari Universitas Andalas.

Sesampainya di Kantor LPM, tim disambut hangat oleh Prof. Ir. Nilda Tri Putri, S.T.,M.T.,Ph.D, IPU AEng (Ketua LPM), Dedison Gasni, Ph.D (Sekretaris LPM), Dr. Ns. Atih Rahayuningsih, S.Kp, M.Kep, Sp.Jiwa (Kepala Bagian SPMI), dan Fitriani, SH (Kepala Kantor). Setelah bertukar kabar, tak berselang lama kegiatan inti pun dimulai, yakni studi banding Pemeringkatan Perguruan Tinggi Internasional (QS WUR, UniRank, dan AUN-QA).

Ketua LPM UIN Malang, Helmi Syaifuddin, memaparkan bahwa saat ini pihaknya tengah berupaya keras untuk mengikuti Langkah kampus-kampus besar yang sudah mendapatkan rekognisi internasional.

“Kami sedang merangkak memposisikan diri, ada di posisi berapa di bawah PTUN. Kami ingin tahu dapurnya (Universitas Andalas), bagaimana cara agar terus meningkat. Tidak hanya QS WUR tapi juga yang lain” papar Helmi.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa UIN Malang saat ini sedang proses akreditasi internasional oleh FIBAA dan ASIIN. Total ada 17 program studi yang diafirmasi.

Mersepons pernyataan Helmi tersebut, Ketua LPM Universitas Andalas menjelaskan bahwa capaian reputasi internasional Universitas Andalas saat ini merupakan hasil dari sebuah perjalanan Panjang. Berbagai upaya telah dilakukan pihaknya. Salah satunya adalah berkompetisi untuk mendapatkan hibah penyusunan kurikulum.

“Kami pernah mendapatkan pendampingan dari Arizona University dalam menyusun Kurikulum berbasis OBE, karena kurikulum OBE menjadai syarat utama di akreditasi internasional manapun. Waktu itu Universitas Hasanuddin juga bareng sama kami. Pernah juga kami benchmak ke National University of Singapore (NUS) dan lain-lain” papar Nilda.

Senada dengan Nilda, Dedison juga memaparkan bahwa peringkat 1400 QS QUR yang diperoleh Universitas Andalas membutuhkan proses yang Panjang.

“Tahun 2015, belum ada satupun program studi kami yang diakui secara internasional, jadi kami mengikuti program USAID itu. Di kami ada kompetisi untuk prodi. Bagi Prodi yang sudah siap akreditasi internasional, akan kami damping sampai selesai. Tapi bgi prodi yang belum siap, akan kami tinggal.  Kami juga ada pakta integritas, jadi prodi tidak boleh mundur jika sudah menyatakan siap ikut akreditasi internasional” sambung Dedison.

Menurut Nilda dan Dedison, selain dukungan pendanaan, harus ada tim ad hoc yang secara khusus menangani pemeringkatan WCU. Tim tersebut terdiri dari berbagai unsur yang relevan, seperti LPM, LPPM, Kemahasiswaan, dan seterusnya. Hal tersebut dibutuhkan agar pemenuhan kebutuhan pemeringkatan WCU bisa berkelanjutan, jelas, dan terukur.(red/sp)

Loading